Kamis, 24 Oktober 2013

Special Post For My Family at Sebatik 2

Dini Hari, 25 Oktober di tahun yang sama saat menulis "Special Post For My Family at Sebatik" yang pertama.
Diawalai dengan kalimat tanya, Apa kabar kalian semua?
Kabar, mengapa kata ini selalu mengawali kalimat saat menyapa disaat kondisi intensitas bertemu berstatus jarang (bukan bahasa makassar, jarang=kuda)?. mungkin sekedar basi-basi. Namun jika itu merupakan kalimat basa basi. Apakah jawabannya menjadi basa-basi pula?
Mungkin ya, mungkin pula tidak. Tergantung niat mengucapkannya atau bisa jadi sekedar spontanitas belaka.

Bila pertanyaan itu ditujukan kepada saya, maka senantiasa kujawab baik. Karena baik adalah jawaban yang paling aman walaupun cenderung relatif. Dan lagi pula jawaban itulah yang biasanya ingin didengar sang penanya.

Kemarin malam, atau tadi pagi? entah saya lupa. Akhir-akhir ini sifat pelupa mengekor. Herman menelpon, sekedar menanyakan kabar(lagi-lagi) dan menanyakan status nilai KKN. Sebelumnya Hari kamis sore saya juga bertemu amin. lewat depan himpunan. Dengan usil kusapa dengan kata "boss" dia menoleh dan dengan khas jaimnya berkata "apa sunt*li". Entah m\kenapa hal itu terlihat jenaka bagi saya.

Dua peristiwa itu bisa jadi adalah latar belakang saya melanjutkan tulisan sebelumnya.

Pada Tulisan ini saya akan membeberkan bagai mana mereka dimataku. Tentu saja dengan total subjektif saya.

Saya bingung mau mulai dari siapa. jadi kumulai saja sesuai abjad.

Ali
Namanya tidak sesimpel orangnya. Menurutku dia orang yang memiliki penderian yang teguh. Walaupun menurutku dia agak kaku dalam segala hal. Tapi kadang dia bisa menjadi teman yang mengerti keadaan. Saat pertama kali ketemu ali diakapal. Sebenarnya saya tidak berharap untuk satu posko dengan dia. Karena khawatir akan sulit mendapatkan respect dari dia. Biarpun begitu saya tidak menyesali seposko dengan ali. Yang saya sesalkan justru mengapa saya berpikiran seperti itu saat bertemu pertama kali. Ali adalah kawan yang mudah respect dan tunduk akan struktur dalam Posko. Bahkan banyak membantu dalam persoalan vital dalam posko. Hal yang paling berkesan dengan dia adalah saat dalam rapat malam (saya lupa istilahnya) saat semua anggota posko saling meminta maaf, malah Ali dengan pendiriannya mengatakan. "Saya tidak biasa meminta maaf, dan saya tidak mau meminta maaf. karena saya merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa". Sentak semua kaget dalam hening. Dan saat rapat ini saya dituduh kentut sama Anti. padahal itu hanya bunyi decitan kaki saat tergeser di lantai.

Amar
Sebenarnya saya lebih sering memanggilnya dengan panggilan "bang". Jelas karena dia lebih tua dari saya. bang amar, kata yang paling cocok mungkin bagi saya untuk menggambarkan dirimu adalah kata "kalem". Begitu kalemnya bang amar, saat senyum dapat mencairkan suasana. Bagi saya bang amar ini adalah personel yang enjoy. Walaupun seringkali tidak sabaran untuk pulang. Sering pula dia Culas (bahasa Malaysia, culas=curang) semisal, dia mohon ijin memakai motor dinas posko (sebenarnya motor dinas kepala desa yang di wakafkan sementara ke kami) untuk membeli bahan keperluan posko. Dan ujung-ujungnya, menurut intelejen posko V bang amar seringkali menyempatkan ke posko IV. Dengan keberluan pribadinya. Itu sebenarnya sangat mengganggu, tapi termaafkan hitung-hitung mengusir pikirannya tentang Baddoka. Hal yang paling berkesan dgn bang amar adalah pada saat perjalan pulang. bang amar dinyatakan hilang, diduga kabur. Tapi kemudian saya dapat kabar dari nanda dan reza. kalu bang amar baik-baik saja. Sejak itu saya belum pernah ketemu sama sekali dengan bang Amar.

Amin
Mungkin Dia tidak mau diceritakan di tulisan ini. tapi Jujur, orang yang paling sering menguji kesabaran saya adalah bang amin. Saya tidak senang dengan banyak perlakuannya selama di Lokasi. dan anehnya saya tidak bisa pula merincikan perlakuan apa yang saya tidak senangi. Tapi itu adalah tantangan tersendiri buat saya. Saya salut dengan retorika bang amin yang lancar, luwes dan terkesan elegan. Walaupun materi perbincangannya kadang menurut saya tidak sesuai dengan apa yang saya ketahui. Tapi dengan gaya retorikanya itu, saya yakin akan sukses membuat audiensnya kagum. Kecuali saya (wahahahahaha). Hal yang paling Berkesan?. Sepertinya semua berkesan sehingga membuatnya tidak terkesan lagi. whahahahaha.

Anna
Menurut saya adalah personel yang memiliki sifat kewanitaan yang sangat kental. Sifat Feminis sangat tergambarkan pada dirinya. Saya sepakat dengan personel female yang mengatakan Anna adalh sosok yang menjadi kakak yang setia saat di sebatik. Anna paling senang kalo saya ajak jalan-jalan mengunjungi posko lain atau sekedar berbelanja kebutuhan posko. Walaupun jarang saya mengajaknya (wahahahaha). Pernah sekali saat berboncengan datang sifat ke ababilan. saat itu malamnya cerah (malam cerah?) banyak bintang. Anna mengatakan "wiiihhh banyaknya bintang kordes, bagusnya dik?" dan saya menyambutnya dengan berkata "he em" dan suasana romantis mengkeroyok kami berdua. Sempat diam dan kemudian tertawa terbahak. Menertawai suasana yang aneh ini. Entah dia masih ingat atau tidak. Itu adalah hal yang berkesan bagi saya. karena ujung-ujungnya dia menikah dengan Pria lainnya :'(.

Devi
Devi Masita wanita berdarah Jeneponto. Satu yang paling kusukai ada pada devi yaitu senyumnya. Bukan bibirnya saat senyum tapi matanya itu lebih manis saat tersenyum (wahahahahahahahahahaha). dan sebaliknya matanya itu SANGAT MENYERAMKAN saat marah. Seperti Kuntilanak yang tertawa Hiiiihihihihihi dan siap mencekik leherku pada saat itu juga. Pernah dia marah dan merajuk saat dia kurekomendasikan sebagai Panitia Malam Ramah Tamah Posko Induk. Ternyata dia tidak setuju. Tapi, mau bagaimana lagi. Akhirnya keluarlah berbagai macam jurus bujukan. Dan tidak berhasil. Tapi syukurlah disaat menjelang  hari H dia Senyum kembali dan ikhlas. Paling berkesan dengan Devi, Saat mandi. Lama nya minta ampun. Sepertinya dia mandi di awali proses pertapaan dulu. tanpa mempedulikan teriakan dari balik kamar mandi.

Eez
Eez itu Bendahara Posko. Selesai.

Sekarang
Herman Banturi
Herman itu, wahahahahaha marahki bendahara ka. Oke, Eez itu female yang paling saya takuti. karena cubitan dan tikaman tangannya SANGAT-SANGAT MENYIKSA. Selain itu, dia juga orang yag paling ketat dalam hal keuangan. Saya heran, kenapa orang-orang seperti ini sering jadi bendahara?. Jawabannya jika tidak seperti itu, hampir dapat dipastikan kami akan menderita kelaparan dikemudain hari. Dia paling suka foto. mungkin jika ada 100 buah foto, 98 Foto pasti ada dia. Eez juga termasuk female yang sering nangis. Karena banyak hal yang dia tidak senangi. Paling sakit sepertinya saat rapat. Amin dan Ikbal membahas masalah pangan dan Eez lah sebagai pihak yang paling tersinggung. dan al hasil (bukan surah dalam kitab Suci Al-Qur'an) dia mewek. dan tidak memaafkan kedua makhluk ini. Karena Amin pandai dalam hal membujuk, amin dan eez kembali akur. Tapi dengan ikbal. Entah ada apa Ikbal dan eez. sepertinya mereka adalah kutub utara dan selatan yang tidak bisa bertemu. Padahal mereka satu Fakultas di Kampus. usut punya usut akhirnya Eez Cerita. dan tidak akan saya ceritakan disini.

Herman
Herman banturi dimata saya adalah anggota yang sangat unik. Yang paling sering saya amati yaitu gaya bicaranya. Anti (siapa itu anti?) bilang kadang bercanda tapi kek serius jadi lucunya itu belakangan. Dan benar saja. Tapi menurut saya Herman adalah Personel yang paling bertanggung jawab akan tugasnya. Dia memiliki dedikasi yang tinggi, teguh pendirian dan rajin menabung. Dia sering main kucing-kucingan dengan bendahara. iya, main kucing kucingan. Pernah liat kucing bertengkar? kek begitulah mereka jika saling usik mengusik. paling berkesan saat dia menayatakan kalimat romantis kepada saya. kira kira sepeti ini kalimat itu. "Kordes sebenarnya (aku sayang kamu, ueeek) waktu pertama kalinya kordes terpilih, saya ragu. Karena memiliki kordes yang berbadan boros. Pasti pergerakannya lamban dan tidak lincah. ternyata saya salah". Sempat salah tingkah saat dia bilang begitu. wahahahahahaha.

Ikbal
Ikbal sama tri adalah personel yang paling tanpan kedua setelah saya (tidak boleh protes). Ikbal itu dimata saya. adalah anggota paling disiplin. Kedisiplinannya itu sayangnya dibarengi dengan Arogansinya. Tapi tiu cukup wajar. Karena sebenarnya di awal kami telah membuat suatu komitmen. Tapi komitmen itu berangsur lemah. Karena penyakit struktur yang lazim terjadi di struktur manapun. Dan saya sengaja membuat komitmen itu longgar karena melihat kondisi sosiologis posko yang tidak boleh kaku. Apa lagi menyatukan dua kebiasaan personel. Dibaddoka dan di kampus. Tapi Ikbal saya jadikan alat kontrol bagi saya untuk memanage emosi posko. Karena Ikbal Rutin ke Masjid, hal itu jadi tertular juga dengan saya. Alhamdulillah.

Immank
Minuman andalannya pop ice. Dia adalah brother yang sangat ceria. Hobinya main domi dngean warga sambil buka baju dan ditemani pop ice. Hal yang paling lucu saat dia serius. Entah mngapa hal-hal yang serius dari dirinya malah terkesan lucu. mungkin karena dia orang yang ceria. Pernah saya main domi dengan dia dan beberapa broth posko V lainnya dan akhirnya 17 jepitan pakaian menempel di bagian telinga dan wajah. Ampun. yang khas dari immank yaitu gaya rock n roll ala boxernya. bukan immank klo tidak pake boxer.

Nanda
Nandos. Wajahnya sangar, badannya penuh tato dan hatinya pink. nanda paling dekat dengan amin yang sering dia panggil dengan panggilan "tetta". Berbeda dengan devi, Nanda malah senang di pilih menjadi Panitia ramah tamah posko Induk. Baginya ini berarti memiliki kesempatan untuk berkunjung ke posko lain menjadi intensif. Saya sering sharing dengan nanda tentang pengalaman. hitung-hitung mempelajari realitas sebagai mahasiswa sosiologi. Dia juga pernah membuat terharu ibu-ibu pengajian. Terakhir ketemu nanada saat ada pertemuan FGD di adiyaksa.

Reza
Personel paling muda diantara broth dan sist lainnya. Tapi jangan salah dia memiliki cerita yang luar biasa. saya banyak belajar dari dinda yang satu ini. Dia salah satu broth yang teguh akan kebiasaannya saat di Baddoka. hal yang paling berkesan saat dia meminta difasilitasi untuk berdiskusi dengan nanda atas keresahannya dalam memperlakukan female. menurutnya dia kurang nyaman dengan tingkah nanda yang kurang sopan saat bercanda dengan female. hal yang unik di Resa yaitu medok yang mirip orang jawa yang entah dia dapat kan dari mana. tapi sepertinya da kurang senang saat ini di ungkit-ungkit. Akhir-akhir ini statusnya di FB terkesan aneh. Anak muda...

Ummi
Wanita soleha. Si cumi berkerudung ini memiliki nama yang sesuai dengan sifatnya. Ummi, Ibu, dia bisa dibilang wanita idaman. Sangat beruntung memiliki istri seperti Ummi. dan sangat merugilah ummi jika saya orangnya. wahahahaha. Selamat atas pernikahan Ummi dan anna. Mereka berdua telah menempuh hidup barunya. kami senantiasa mendoakan agar menjadi keliarga yang SMW. Amin. Ummi, sebenarnya nama panggilannya umi (Mahrumi). tapi saya lebih nyaman memanggilnya ummi. 

Tri
Terakhir Tri. Tri memiliki karekter yang susah berbaur dengan broth lainnya. Tapi dia adalah pribadi yang bersahabat. Dia sangat antusias pada program yang berbau disiplin Ilmunya. Seperti pembangunan Tugu Batas Desa. Dari semua Posko hanya posko V yang menyelesaikan tugu poskonya. ini berkat kerja keras tri dan Ali sebagai penanggung jawab dan dibantu brother lainnya. Yang pada akhirnya bang kemming dan warga turut membantu. Yang paling berkesan saat dia marah-marah ke eez karena di bangunkan saat tidur.

Selesai.......
Wahahahahaha yang belum ada namanya saya minta maaf karena saya tidak sanggup mengingatnya.

Antilo
Singkat saja karena capek mka mengetik. ini sist yang paling cerewet. Ini bisa dibuktikan dengan urat di bawah bibirnya. wahahahaha. Yang paling berkesan saat naik motor, ujan, mati lampu. basah-basahan diatas motor, dingin. dan Takut. Selama di sebatik itulah adegan yang paling menakutkan. Seandainya kamu belum memiliki chimmank dan saya belum memiliki ayy. sudah pasti.............. kita berdua jomlo wahahahahha....

Itulah Broth dan Sist sebatik yang tidak pernah terlupakan. Seperti yang dikutip lagu Project Pop, "jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing ingatlah hari ini"


Spesial Thank's untuk Bapak Ibu dan ayah ibunya arya serta pak kepala Desa pak irwansyah dan bu desa.

Senin, 07 Oktober 2013

Perang Dingin Pasca Pilwali


gw

Oleh : Muhammad Taufiq Arif (Direktur Sociology Research Community , SOCIETY)

Pasca pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Makassar, konstalasi politik memasuki babak baru berupa perang dingin antarkandidat yang bertarung. Hasil quick count yang memenangkan pasangan Danny Pomanto-Syamsu Rizal (DIA), menimbulkan suhu politik semakin meningkat karena munculnya wacana satu putaran. Realitas politik menimbulkan kegerahan pasangan Irman Yasin Limpo-Busrah Abdullah (NOAH) yang berdasarkan hasil quick count versinya lembaga survey internalnya mengklaim Pilwali Makassar dua putaran.

Belum adanya pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar yang melansir hasil Pilwali Makassar 2013, euforia kemenangan pasangan DIA sudah bergulir menyikapi hasil beberapa Lembaga survey bernada sama dalam mengumumkan hasil quick count beberapa jam setelah Tempat Pemilihan Suara (TPS) ditutup. Sebut saja-misalnya, lembaga survei SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) dalam rilisnya memenangkan pasangan DIA 30,98 persen suara, disusul Pasangan Irman Yasin Limpo-Busrah Abdullah (NOAH) dengan hasil 20,89 persen suara. Disusul pasangan Tamsil Linrung-Das’ad latif (Nassami) dengan 16,39 persen suara. Serta pasangan Supomo Guntur-Kadir Halid (SuKa) 13,46 persen. Sehingga, tidak mengherankan pasangan DIA mewacanakan satu putaran saja.

Fakta ini didukung lembaga lainnya yang memperkuat hasil quick count SMRC, sebut saja-CRC, LSI dan IDEC bernada sama. Hal inilah yang mendasari simpatisan kandidat yang menang “versi” quick count, lebih awal merayakan kemenangan dengan keyakinan hasil real count-nya dari KPUD tidak akan jauh berbeda mengingatmargin error-nya hanya 1 persen. Namun, realitas politik ini menjadi perdebatan, hasil hitung cepat ini bukanlah acuan dalam menentukan siapa kandidat yang meraih suara terbanyak. Mengingat hitung cepat hanya mengambil beberapa sampel TPS di setiap kecamatan.

Hasil quick count tidak bisa pula di pandang sebelah mata karena mengunakan metode ilmiah. Disamping itu, citranya dalam mengumumkan hasil Pilkada selama ini, hasil perbedaannya tidak terlampau jauh dengan hasil resmi KPU. Sehingga, quick count seolah-olah menjadi bisikan Tuhan yang menggambarkan hasil pertarungan politik sebenarnya.

Perang Dingin
Fenomena ini bisa saja menimbulkan kemelut diantara kandidat dan tim suksesnya. Satu mengklaim memenangkan Pilwali dengan satu putaran, dan dilain pihak mengatakan bahwa masih akan ada putaran kedua. Hal inilah yang dapat menimbulkan benturan yang berakibat pada konflik laten (tersembunyi) dalam perpolitikan. Dengan kata lain, telah terjadi “perang dingin” diantara kandidat. Bahkan, realitas politik yang paling menyesatkan timbulnya tudingan diantara kandidat terhadap kandidat tertentu yang melakukan kecurangan (politik Jekkong) untuk memenangkan pertarungan.

Munculnya isu praktek kecurangan yang dinyanyikan oleh pasangan kandidat yang kalah, “versi’ quick count, hal ini bila tidak diantisipasi dengan baik, konflik yang awalnya tersembunyi, bukan tidak mungkin akan menjadi konflik terbuka yang berakibat caos. Konflik yang awalnya tersembunyi akan muncul dipermukaan menjadi konflik yang sebenarnya (terbuka). Kita bisa bercermin dari peristiwa pemilihan Walikota Palopo, gesekan antarpendukung sangat berpotensi terjadi. Hal ini karena tidak ada atau kurangnya kontrol dari penyelenggara maupun peserta pemilihan umum dan pihak keamanan. Apalagi hal ini bisa diperparah oleh fanatisme tim sukses yang berlebihan.

Fanatisme tim sukses
Stakeholder tim sukses kandidat merupakan sekelompok orang yang berkerja secara tim guna memenangkan kadidatnya memiliki fanatisme terhadap kandidat yang mereka dukung. Fanatisme inilah yang membuat tim sukses rela melakukan apa saja demi memenangkan kandidatnya. Mulai dari hal yang kecil sampai pada hal yang ekstrem. Entah fanatisme itu didapatkan dari idealisme sendiri, ikatan primordial yang kuat atau dikarenakan ‘bayaran’ yang kuat. Yang jelas fanatisme ini kadang berlebihan dan bergerak abnormal secara radikal tanpa etika politik. Sehingga, dapat menimbulkan disintegrasi pada proses demokrasi.

Oleh karena itu, sudah selayaknya para kandidat dapat menahan massanya masing-masing dengan saling menghindari sentimental fanatisme. Bersikap mawas diri sambil menunggu hasil resmi (real count) dari penyelenggara Pemilu merupakan etika politik yang harus dipegang teguh oleh semua kandidat. Dan, apabila menemukan kecurangan dalam pelaksanaan, hendaknya mengumpulkan data dan bukti lebih dahulu kemudian menyerahkan kepada Panwaslu, bukan melakukan politik propaganda kepada pendukungnya.

Mewujudkan pemilihan umum yang aman bukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Kita bisa belajar dari Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 yang dapat dijadikan contoh dalam demokrasi yang aman. Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Basuki sebagai Gubernur dan wakil Gubernur mengalahkan incumbent Fauzi Bowo. Walaupun masih terdapat kecacatan dalam pelaksanaannya, namun Pilkada ini berlangsung aman tanpa adanya kekisruhan yang berarti. Realitas politik ini menggambarkan pada kita, bahwa pesta demokrasi merupakan kewajiban kita bersama-sama untuk menjaga stabilitas keamananan sebagai rekonsiliasi politik pasca Pilwali. (*)

Sumber : warta timur

Golput, Bukti Retardasi Politik

pini
Oleh: Muhammad Taufiq Arif (Direktur Sociology Research Community)
Tingginya angka golput sudah menjadi penyakit politik dalam setiap proses demokrasi. Di Kota Makassar sendiri dalam pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar. Angka golput mencapai 40 persen dari keseluruhan daftar pemilih tetap. Atau dengan kata lain DIA dikalahkan oleh Golput.
Golput, adalah akronim dari golongan putih. Istilah ini ditujukan kepada mereka yang tidak menggunakan hak suaranya dalam suatu pemlihan umum. Di Indonesia sendiri, golput telah dikenal sejak pemilihan umum pertama yang diadakan pada tanggal 3 Juni 1971. Bahkan Golongan putih pada masa itu merupakan gerakan yang terorganisir. Gerakan ini adalah buah dari hasil pemikiran bahwa dengan atau tidak diadakannya pemilu, tidak akan memberikan impresi yang berarti bagi bangsa. Karena pada saat itu (peralihan orde lama ke orde baru), militer yang memegang pengaruh besar akan nasib negara.
Masyarakat Makassar baru saja menggelar pesta demokrasi Pemilihan Walikota dan wakil walikota pada 18 September 2013 lalu. Dari hasil rekapitulasi suara oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kota Makassar, Pasangan Danny Pomanto dan Syamsu Rizal MI (DIA) keluar sebagai peraih suara terbanyak dengan 182.484 suara atau 31,18 Persen, Suara pasangan DIA mengungguli ke sembilan pasangan kandidat lainnya. Dengan begitu, Pilwali Makassar berlangsung dengan satu putaran saja.
Namun dari hasil rekapitulasi itu, persentase partisipasi pemilih menunjukkan angka 60 persen. Dari 983.990 jiwa yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), hanya 592.299 orang atau 60.20 persen yang menggunakan hak pilihnya. Sisanya sebanyak 391.691 orang atau 39.80 persen memilih tidak menggunakan hak suaranya. Dengan kata lain pemenang pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar adalah golput.
Persentase ini ternyata tidak jauh beda dengan partisipasi pemilih dalam pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar Tahun 2008 silam. Pada pelaksanaan pemilihan tersebut, pasangan IASmo (Ilham Arief Sirajuddin-Supomo Guntur) menjadi kandidat yang meraih suara terbanyak. Dari 959.814 jiwa yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), hanya 550.869 jiwa atau 58,48 persen yang menggunakan hak pilihnya. Sisanya 408.945 jiwa atau 41,52 persen memilih tidak menggunakan hak suaranya.
Retardasi Politik
Selisih angka golput antara pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar Tahun 2013 dan Tahun 2008 hanya sekitar 1 Persen saja. Artinya ada peningkatan kecil partisipasi politik masyarakat Kota Makassar sepanjang lima tahun atau satu keperiodean walikota. Fenomena ini menunjukkan adanya retardasi partisipasi politik atau lambannya perkembangan partisipasi politik. Retardasi sebenarnya istilah medis yang menggambarkan lambannya penyembuhan penyakit. Maka sangat tepat apa bila dianalogikan golput merupakan suatu penyakit politik yang yang mengalami retardasi. Seharusnya, pesta demokrasi sebelumnya bisa menjadi bahan evaluasi atau pembelajaran bagi penyelanggara untuk menekan angka golput.
Partisipasi politik masyarakat Indonesia khususnya pada pemilihan walikota dan wakil walikota Makassar masih memprihatinkan. Pemilihan kepala daerah yang notabene menentukan nasib daerah, masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sebahagian masyarakat lebih memilih menikmati masa libur lokal yang diberlakukan untuk pelaksanaan pilkada ketimbang untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya.
Tidak memilih adalah suatu pilihan
Kalimat ini merupakan salah satu alibi yang biasa dilontarkan oleh pemilih golput. Sikap tidak memilih dianggap sebagai suatu pilihan. Suatu pilihan sewajarnya memiliki alasan tertentu, bahkan memilih untuk tidak memilih sekalipun.
Menariknya lagi, angka golput jauh cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Padahal masyarakat perkotaan memiliki akses politik yang lebih besar dari pada pedesaan. Fenomena ini dikarenakan masyarakat perkotaan lebih realistis dari pada masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan memandang pesta demokrasi ini hanya sekedar pertarungan kusir antara beberapa kepentingan.
Beberapa pemilih golput beranggapan bahwa pertarungan ini bukanlah kepentingan untuk memajukan daerah, tetapi kepentingan oleh golongan tertentu. Jadi, siapapun yang menjadi pemenang proses demokrasi ini, bukanlah menjadi kemenangan rakyat seutuhnya. Melainkan kemenangan golongan tertentu. Sehingga golongan yang kalah dalam pertarungan ini akan membawa stigma selama satu periode jabatan rival politiknya. Selain itu, tingkat kesibukan masyarakat perkotaan yang sangat padat. Menjadi Alasan mengapa masyarakat bersikap apatis atau tidak peduli terhadap momentum ini.
Namun, menurunnya angka golput pada pemilihan kepala daerah kali ini patut diberi apresiasi. Komisi Pemilihan Umum sebagai pihak penyelenggara sudah bekerja keras untuk menekan jumlah golput. Walaupun, pada realitasnya tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Dan tentunya ini bisa dijadikan pelajaran oleh semua pihak demi terciptanya situasi demoktasi yang diinginkan. Karena berhasil atau tidaknya proses demokrasi ini tergantung pada besaran indeks partisipasi politik masyarakat.(*)
Sumber : warta timur