Senin, 29 Oktober 2012

Lewis Aferd Coser

Cara mengembangkan perspektif konflik dari ide-ide sosiologi Jeraman George Simuel , Coser membentangkan proposisi untuk menguji fungsionalisme konflik bagi kelompok social, sebagaimana halnya dengan usaha-usaha teoritis Simmel, usaha Coser juga merupakan upaya untuk membentuk teori yang parsial daripada teori yang menyeluruh tentang masyarakat.

Oleh karena banyaknya analisa kaum fungsionalis yang melihat bahwa konflik adalah difungsional bagi suatu kelompok.Coser mencoba mengemukakan kondisi-kondisi di mana secara positif, konflik mrmbantu mepertahankan struktur social, konflik sebagai proses social dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya terbentuk dan dipertahankan. Selanjutnya konflik dapat menyatukan para anggota kelompok lewat pengukuhan kembali identitas kelompok. Apkah konflik merupakan sumber perpecahan kelompok tergantung atas asal usul ketegangan isu tantang konflik, bagaimana menanganinya , dan yang terpenting tipe struktur di mana konflik itu berkembang.

Coser membedakan antara konflik kelompok dalam dan konflik kelompok, antara nilai inti dengan masalah yang lebih bersifat pinggiran antara konflik yang menghasilkan perubahan struktur lawan konflik yang disalurkan lembaga-lembaga katup penyelamat (safety valve). Dia juga membedakan konflik realistis dan monrealistis keseluruhan butir-butir tersebut merupakan factor-faktor yang menentukan fungsi konflik sebagai suatu proses social.

Bagi Coser perspektif konflik bukan merupakan skema pelaksanaan yang saling bersaing. Sebagaimana dinyatakan teori-teori parsial yang merangsang para pengamat pada satu atau lain perangkat dan peristiwa yang berhubungandengan pemjelasan teoritis yang menyeluruh, dengan demekian komplik dan konsensus adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda, merupakan bagian dari setiap system social yang dapat dimengerti.

Lewis Coser, menerbitkan buku berjudul The Function of Social conflict. Dalam hal ini nampaknya mengandung suatu ikhtiar untuk mempertemukan implikasi-implikasi dari fungsionalisme dan teori konflik, coser lahir di Berlin tahun 1913, tetapi memperoleh gelar Ph.D dari Universitas Columbia. Umumnya analisa Coser mengenai konflik social dapat dipandang suatu alternative terhadap perspektif-perspektif teori konflik radikal yang diinspirasi oleh pandangan Marxis. Perhatian Coser umumnya ialah memperlihatkan konflik tidak harus merusakkan atau bersifat difungsional untuk system di mana konflik itu terjadi. Melainkan bahwa konflik itu dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi positif atau menguntungkan system itu.

1. Konflik Antar Kelompok dan Solidaritas Kelompok dalam

Fungsi konflik yang positif inginkan paling jelas dalam dinamika kelompok dalam versus hubungan kelompok keluar. Dengan resiko terlampau menggeneralisasi, proses social yang ditekan kan dalam model fungsional mungkin berlaku untuk hubungan social di dalam suatu kalompok- dalam, sedangkan proses social yang ditekankan dalam model konflik mungkin berlaku untuk hubungan social antar kelompok- dalam dan kelompok- luar.Lagi pula kedua proses itu sering berhubungan secara langsung artinya, kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok- dalam itu bertambah besar.

Kekompakan yang semakin tinggi dan suatu kelompok yang terlibat dalam konflik membantu memperkuat batas antara kelompok itu dan kelompok kelompok lainya dalam lingkungan itu, khususnya kelompok yang bermusuhan atau secara potensial dapat menimbulkan permusuhan, sebaliknya apabila kelompok itu tidak terancam konflik dengan kelompok luar yang bermusuhan, tekanan yang kuat pada kekompakan, konformitas, dan komitmen terhadap kelompok itu mungkin berkurang.

Ikatan-ikatan social dengan kelompok luar dapat muncul karena beberapa alas an seperti keinginan untuk berdamai dengan musuh daripada aktif berjuang melawanya dengan biaya yang mahal, tetapi mereka yang menyatakan ingin berdamai dengan menyusaikan diri kadang-kadang dianggap oleh kelompok- luar akan menjadi kambing hitam. Sesunguhnya setiap penyimpangan atau pengacau, tanpa memandang sifat penyimpangan atau kekacauanya itu dapat menjadi kambing hitam yang menjadi sasaran frustasi dari agresi kelompok itu.

Beberapa kelompok sangat menyadarkan diri pada oposisi atau konflik untuk membenarkan eksitensi kelompok itu sendiri.Partai politi oposisi misalnya didirikan untuk melibatkan dirinya dalam konflik partai politik yang berkuasa. Coser mengemukakan bahwa struktur kekuasaan lalim yang berpusat mungkin muncul apabila konflik eksternal dan apabila solidaritas internal dan kekompakanya relative rendah

2. Konflik dan Solidaritas dalam Kelompok

Apakah konflik internal juga menguntungkan kelompok itu secara positif jawaban Coser adalah Ya, seperti Simmel, Coser mengakui bahwa semua hubungan social pasti memiliki tingkat antagonisme tertentu, ketegangan, atau perasaan-perasaan negative sebagai alter natif, para anggota dalam suatu kelompok-kelompok dalam secara bebuka boleh mengakui kepentingan-kepentingan saling bertentangan dan menegakkan mekanisme untuk mengatasinya.

Strategi untuk mengahadapi konflik itu ada macam-macam, bergantung pada tingkat atau besarnya biroratisasi dalam kelompok itu. Dalam organisasi birokratis yang besar, presedur yang resmi mungkin dapat dikembangkan untuk merembukkan perbedaan-perbedaan itu. Fungsi konflik yang bersifat integratif sangat jelas dalam kelompok atau organisasi di mana ada suatu kerangka konsensus umum mengenai masalah pokok itu hancur, sehingga tidak ada dasar lagi untuk kesatuan kelompok, konflik internal dapat mengakibatkan disintegrasi atau perpecahan kelompok. Tetapi rusaknya konsensus yang utama mengenai masalah-masalah pokok agak berkurang kalau perasaan antogonistik dan ketidak sepakatan dibicarakan secara terbuka daripada terpendam.

Coser menekankan hubungan emosional yang sifat ditandai oleh sikap ambivalen atau oleh perasaan positif dan negative yang saling berkaitan erat sesunguhnya, semakin erat hubungan semakin besar kemungkinan bahwa kesempatan-kesempatan yang merangsang munculnya perasaan antagonistic atau ketegangan akan muncul.

3. Konsekuensi dipendamya konflik

Umumnya ada dua konsekuensi dipendamnya konflik itu yang dapat dikemukakan, pertama dipendamnya konflik dapat mengakibatkan putusnya hubungan kalau keterlibatan emosional para angotanya sudah tinggi berakhirnya hubungan itu mungkin dipercepat dengan meledaknya konflik secara tiba-tiba dan parah dimana ketegangan dan permusuhan yang mengunung sejak masa lampau meledak dalam bentuk amukan yang keras.

Konsekuensi kedua yang mungkin terjadi karena dipendamnya konflik adalah mengelakkan perasaan bermusuhan itu dan sumber yang sebenarnya dan mengembangkan suatu saluran alternative untuk mengungkapkanya alternative semacam itu adalah sejenis katup pengaman (safety valve) dengan mana dorongan-dorongan agresif atau permusuhan dap[at diungkapkan dengan cara-cara tidak mengancam atau merusakkan solidaritas.

4. Kondflik Realitas Versus yang Merealistik dan Perubahan Sosial

Coser membuat suatu perbedaan yang penting dalam hubungan ini antara konflik yang realistik dan nonrealistic. Konflik realistic merupakan satu alat untuk suatu tujuan tertentu, yang kalau tujuan itu tecapai mungkin akan menghilangkan sebab-sebab dasar dan konflik itu. Sebaliknya konflik yang nonrealistic mencakup ungkapan permusuhan sebagai tujuannya sendiri.

Konflik yang realistic sering merupakan rangsangan utama untuk perubahan social, perubahan seperti itu dapat menguntungkan system dengan memberikannya kebebasan untuk mengatasi dengan lebih efektif perubahan-perubahan dalam lingkungannya. Atau perubahan dapat menghasilkan suatu kepekaan terhadap kebutuhan pribadi anggota system itu dalam hal ini komitmen terhadap system itu cenderung naik.

Fungsi positif dan konflik dalam merangsang perubahan social yang dibutuhkan diperluas oleh coser ke kasus-kasus konflik yang keras sifatnya. Paling kurang kekerasan merupakan suatu indicator deprivasi, hal ini tercermin dalam kenyataan bahwa kekerasan yang tidak sah terjadi sembarangan saja dikalangan mereka dalam struktur kelas social yang paling bawah.

5. Konflik Sebagai Suatu Stimulus Untuk Integrasi Antar Kelompok

Perubahan sering terjadi dalam sifat hubungan antara kelompok dalam dan kelompok-kelompok lainnya sebagai hasil dari konflik. Seperti sudah kita ketahui. Konflik sering memperkuat batas antara kelompok dalam demi kelompok luar dan meningkatkan usaha untuk menggalang solidaritas kelompok dalam itu. Selain itu kalau konflik berlarut-larut, ikatan-ikatan social secara pelan-pelan dapat berkembang antara pihak-pihak yang saling bertentangan itu sendiri. Salah satu ikatan seperti itu adalah dibuatnya norma dan prosedur untuk mengatur cara-cara berkonflik. Tipe ukuran ynag lain dapat kita lihat pada symbol-simbol bersama mengenai kemenangan dan kekalahan. Seperti Coser kemukakan konflik kekerasan biasanya berakhir jauh sebelum pihak yang kalah itu kehabisan semua kekutannya untuk terus berperang.

Selain itu, konflik sering merangsang usahakan untuk mengadakan persekutuan dengan kelompok-kelompok lain. Dalam beberapa hal antagonime antara kelompok-kelompok ini bersatu dalam suatu koalisi untuk melawan musuh bersama.

Munculnya perpecahan yang mendalam dan kekal antara kelompok-kelompok yang bermusuhan itu berakhir apbila banyak kepentingan dan nilai sama dalam masing-masing kelompok, dan apabila kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan dari kelompok masing-masing ditekan. Dalam situasi seperti ini permusuhan yang mendalam antara kelompok-kelompok yang bertentangan itu cenderung diungkapkan dalam konflik yang nonrealistic.

Jelaslah bahwa Coser maupun kaum fungsionalisme structural-struktural social ada di dalam dirinya sendiri dan bergerak sebagai kendala. Coser mengungkapkan Sosiologi konflik harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang tertanam secara structural sehingga membuat manusia saling terlihat dalam konflik, bilamana ia tidak ingin larutkan ke dalam penjelasan psuikologis mengenai agresifitas bawaan, dosa turunan atau kebanggaan manusia. Apa yang disumbangkan Coser kepada orientasi fungsionalisme ialah deskripsi mengenai bagaimana struktur-struktur social itu dapat merupakan produk konflik dan bagaimana mereka dipertahankan oleh konflik.

2 komentar:

Cara berkomentar,
Jika Punya akun google atau akun yang tersedia, pilih salah satunya untuk login
tapi klo tidak mau repot, atau tidak punya pilih opsi name/Url. trus isi nama dan jika perlu URL kosong juga tidak apa-apa. trus masukkan komentar dan klik poskan komentar. sudah...... terima kasih atas komentar anda