Masih ingat kau?
Dengan pulpen biruku?
Iya, waktu itu kau marah
Marah padaku, Pulpen biruku tahu itu
Kau mungkin tidak tahu
Karena kau tidak peduli dengan pulpen biruku
Pulpen ku pun tak peduli denganmu
dia hanya pihak ketiga yang menyaksikan betapa marahnya dirimu
Kata yang kau lontarkan pun membuatnya menggeleng
Tetapi kenapa marahmu membuat pulpenku melotot kepadaku
apakah marahmu lahir karena salahku?
pulpen biruku mengiyakannya
apa kau sependapat dengannya?
Kalau sedemikian rupanya
Aku tuliskan maaf dengan tinta biruku
Karena dialah yang membuatku sadar
Betapa birunya usiaku dalam memahamimu
helo... thanks for visiting my blog! :)
BalasHapus