|
sumber foto: ogiecellalolo.blogspot.com |
Universitas Hasanuddin panjimu kita bawa serta
Pancangkan dimedan bakti namamu kita bawa bersama
Betapa puitis dan menggeloranya setiap bait-bait dalam alunan mars Universitas Hasanuddin. Lagu ini seakan mampu menggetarkan sepulau Sulawesi. Mungkin saya terlalu berlebihan. Akan tetapi, ini bukan sekadar muluk-muluk belaka. Inilah yang saya rasakan saat perdana mendengar lagu kebesaran Almamater merah ini. Dibawakan oleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Hasanuddin menjadikan lagu ini memiliki jiwa yang merasuk dalam raga.
Begitu hebatnya kampus ini. Itulah kesan pertama saat tahun-tahun pertama menggantungkan angan-angan di kalmpus ini. Kampus terbesar di Indonesia Timur, Kampus terfaforit di Indonesia timur, dan kampus ter-ter lainnya. Orang tua siapa yang tidak bangga anaknya kuliah di Unhas. iya unhas, begitulah akronim dari Universitas Hasanuddin. Itu pula yang sering tertempel di badan motor, laptop ataupun pintu kos-kosan mahasiswa Almamater merah ini.
Tak menyangka perasaan ini tidaklah panjang umur. Dibalik selimut emas, ternyata unhas tidak begitu menjanjikan. Mungkin anda akan sedikit heran dengan kalimat saya sebelumnya. Ia, menurut saya Universitas Hasanuddin tidak begitu dapat memberikan jaminan akan Tri Dharma perguruan tinggi.
Sebelum saya mengulas tulisan ini, terlebih dulu saya mengklarifikasi maksud dari tulisan ini. Saya tidak sedang menjelek-jelekkan almamater saya. Saya Cinta akan Almamater saya. Maka dari itu saya berharap tulisan ini dapat menjadikan Almamater saya dapat menganggakt panji Almamater ini.
Mungkin ada yang sepakat, ada yang ragu-ragu dan ada pula yang tidak sepakat. Jika saya mengatakan bahwa kampus ini dikelolah oleh orang-orang yang pragmatis. Mungkin tidak semuanya. Namun Pragmatisme di kampus ini telah banyak merugikan Almamater. Silahkan anda coba membuka kasus-kasus yang sarat akan sifat pragmatis. Yang jelas hal ini sangat jau dari wibawa sebuah universitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebijksanaan (kebijakan yang sebenarnya).
Satu kasus yang akan saya angkat dibawah ini merupakan satu dari Beberapa kasus yang saya alami sendiri. Mungkin akan terjadi bias dalam memaparkannya. Mengingat saya hanyalah seorang penulis amatir. Akan tetapi saya akan mencoba memaparkan pada anda sang pembaca untuk berbagi pengalaman.
Jelas tertulis dalam Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin mengenai sarana dan prasarana kampus di Buku Pedoman mahasiswa Universitas Hasanuddin. Kurang lebih isinya bahwa mahasiswa Universitas Hasanuddin Berhak menggunakan sarana dan prasarana yang diesdiakan sesuai dengan kegunaannya. Namun hal ini bertolak belakang dengan pengalaman yang saya dan hampir bisa saya pastikan juga dirasakan para lembaga-lembaga kemahasiswaan. Sudah beberapa kali saya menjadi bahagian dalam kegiatan akademis seperti Seminar, Kuliah tamu, dan kegiatan lainnya. Namun saat akan menggunakan fasilitas yang ada, ternyata tidak sesuai dengan apa yang ada dalam buku pedoman mahasiswa. Kegiatan-kegiatan Akademik yang juga merupakan bakti kami pada kampus harus dihambat dengan masalah sewa gedung yang juga milik kami. Sangat lucu dan dapat dijadikan daftar anekdot dikampus ini. Anak Unhas ingin memakai gedung di kampusnya sendiri harus menyewa. Dan tidak main-main, sewa gedung di Unhas cukup membuat lembaga mahasiswa menjerit, Mulai dari Rp 450.000 hingga Rp1.200.000. Alasan dari semuanya tidak lain untuk biaya perawatan gedung dan kebersihan.
Semoga Para Birokrat kampus dapat mengelolah Kampus tercinta ini dengan lebih bijaksana. Sehingga tidak menghalangi mahasiswanya dalam memancangkan nama Unhas di medan bakti. Kampusku Sayang, kampusku malang.