Peter Blau menerima pendidikan sosiologi di universitas Columbia. Dia memperoleh kedudukan akademis di universitas Cornell dan universitas Chicago dan akhirnya kembali ke universitas Columbia. Sebagian besar dari sumbangannya terhadap sosiologi adalah dalam bidang organisasi kompleks. Perspektif teori pertukaran Blau penting bagi kita karena secara eksplisit dia memperlihatkan saling ketergantungan antara pertukaran sosial ditingkat mikro dan munculnya struktur sosial yang lebih besar atau makro. Kebanyakan penyajian sistemis mengenai teori pertukarannya diberikan dalam bukunya “Exchange and Power in Social Life”.
Perhatian Peter Balu adalah pada struktur asosiasi yang muncul dari transaksi pertukaran. Blau berusaha memperlihatkan bahwa proses pertukaran dasar itu melahirkan gejala yang muncul dalam bentuk struktur sosial yang lebih kompleks. Jadi teori Blau memperlihatkan suatu tradisi ideal dari mikro ke makro. Pertukaran sosial yang dimaksud Blau terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan ini tidak kunjung datang. Dalam model Blau, manusia tidak didorong hanya oleh kepentingan diri yang sempit. Seperti Homans, Blau menekankan pentingnya dukungan sosial sebagai suatu imbalan. Keinginan ini mencerminkan kebutuhan egoistic untuk difikirkan sebaik-baiknya oleh orang lain, tetapi untuk memperoleh tipe penghargaan ini, individu harus mengatasi dorongan egoistik yang sempit dan memperhitungkan kebutuhan dan keinginan orang lain. Blau juga menerapkan prinsip-prinsip teori pertukarannya ini dalam menganalisa hubungan sosial antara orang yang saling bercintaan dalam satu bab berjudul “Exercus an Love”. Dalam hubungan seperti ini banyak pertukaran istimewa yang terjadi, dapat dilihat sebagai symbol daya tarik emosional terhadap satu sama lain, ikatan hubungan yang bersifat timbale balik dan keinginan mereka untuk meningkatkan komitment satu sama lain.
Teori Pertukaran Blau : memunculkan struktur makro dari pertukaran sosial dasar.
1. Penghargaan Intrinsik dan Ekstrinsik.
Hubungan sosial dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori umum yang didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan itu bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Reward yan intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Contoh hubungan cinta, pertukaran sosial tidak tunduk pada negosiasi dan tawar menewar yang disengaja, keaslian dalam banyak sosial reward tergantung pada tidak adanya unsure kesengajaan yang dirembukkan. Biasanya, apabila satu pihak dalam suatu hubungan intrinsik terpaksa harus mengingatkan pihak lain akan hadiah-hadiah yang sudah diberikannya, hal ini memperlihatkan paling kurang adanya keretakan dalam hubungan. Ikatan sosial yang secara intrinsik mendatangkan penghargaan yang dimanifestasikan dalam suatu persahabatan intim. Reward yang intrinsik muncul dalam suatu hubungan, pada waktu pihak-pihak yang terlibat didalamnya secara bertahap masuk suatu pertukaran reward yang lebih banyak lagi macamnya.
Sebaliknya, hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lainnya dan bukan reward untuk hubungan itu sendiri. Hubungan ekonomi dipasaran mungkin merupakan manifestasi hubungan ekstrinsik yang paling jelas. Pertukaran ekonomi tunduk pada negosiasi dan tawar menawar yang disengaja.
Namun pada tahap awal dalam banyak hubungan intrinsik, orang sering mengadakan perbandingan antara satu tema dengan tema lainnya yang potensial untuk pertukaran. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik awal antara pihak-pihak yang mengadakan pertukaran itu bersifat ekstrinsik artinya, reward yang diinginkan tidak secara intrinsik melekat pada seorang teman tertentu.
Transformasi hubungan daya tarik ekstrinsik ke daya tarik intrinsik akan paling jelas diterapkan dalam hubungan dimana individu memiliki suatu tingkat kebebasan tertentu untuk memilih antara beberapa alternatif teman. Misalnya anak-anak dalam suatu keluarga, hubungan keduanya dapat dianalisa menurut pertukaran intrinsik dan ekstrinsik, teori Blau sangat jelas untuk melihat hubungan-hubungan dalam pilihan. Seperti dikatakan Blau, “seorang individu merasa tertarik satu sama lain kalau dia mengharapkan sesuatu yang bermanfaat bagi dia sendiri karena hubungan itu. Tetapi untuk memperoleh reward itu, individu itu harus merangsang orang lain untuk memberikannya. Rangsangan seperti itu diberikan dengan menawarkan suatu reward. Dalam pertukaran sosial, tawaran akan suatu reward itu tidak perlu dalam bentuk proses yang sadar. Mungkin tidak lebih daripada suatu usaha untuk bersikap lebih ramah daripada bermusuhan dalam suatu pertemuan.
Usaha seseorang untuk menarik perhatian orang dengan menggabungkan secara tepat kesederhanaan dan daya tarik dalam penampilannya, mengungkapkan kepada kita suatu kesadaran yang implisit mengenai pentingnya keseimbangan dalam transaksi pertukaran. Pertukaran itu seimbang apabila reward dan cost yang ditukarkan kurang lebih sama nilainya dalam jangka panjang kalau bukan dalam jangka pendek. Ikhtiar untuk mempertahankan suatu keseimbangan yang memadai dalam transaksi pertukaran mencerminkan “norma timbal balik”.
Mempertahankan suatu keseimbangan yang memadai dalam transaksi antara pasangan-pasangan yang tukar menukar itu membantu mempertahankan tingkatan persamaan diantara mereka. Namun dalam banyak hal, perbedaan dalam kebutuhan dan atau sumber-sumber yang dimiliki pasangan yang tukar menukar itu mengakibatkan ketidak seimbangan dalam transaksi pertukaran mereka. Usaha untuk menjelaskan bagaimana perbedaan kekuasaan itu muncul dari pertukaran yang tidak seimbang, merupakan tema sentral dalam teori pertukaran Blau dan merupakan transisi antara proses pertukaran ditingkat mikro dan struktur makro.
2. Munculnya struktur kekuasaan dari pertukaran tidak seimbang.
Orang yang selalu menerima kemurahan hati secra sepihak harus menerima posisi subordinasi, paling tidak kalau dia mau memepertahankan hubungan itu. Menerima suatu posisi subordinasi adalah mengakui utang seseorang dan ketergantungannya pada kemurahan hati pihak lain, perbedaan status muncul sebagai akibat dari perbedaan dalam transaksi pertukaran, dan dengan status yang lebih tinggi pada mereka yang memberikan keuntungan yang lebih besar yang tidak dapat dibalas oleh mereka yang menerima. Perbedaan status tidak hanya merupakan akibat dari pertukaran yang tidak seimbang. Apabila pemberian secara sepihak dilakukan terus menerus, kewajiban menjadi semakin besar sehingga tidak mungkin lagi ada tindakan yang diperlihatkan kepada si penerima yang dapat menebus utangnya atau membuat hubungan itu menjadi seimbang lagi. Dalam hal ini, perbedaan kekuasaan muncul dari pertukaran yang tidak seimbang. Orang yang menerima pemberian secara sepihak wajib menyesuaikan dirinya dengan kemauan, tuntutan, atau pengaruh dari mereka yang memberikan pertolongan kalau mau mempertahankan hubungan dan tarus menerima sesuatu.
a. Strategi untuk memperoleh kekuasaan dan menghindarkan subordinasi.
Dalam banyak hal, orang yang memiliki surplus akan sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward, cenderung untuk menawarkan berbagai pelayanan atau hadiah secara sepihak. Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah reward yang berhubungan dengan statusnya yang tinggi akan kekuasaan atas orang lain. Proses yang umum dalam kompetisi untuk memperoleh status dan kekuasaan sering meliputi usaha-usaha memberikan reward yang lebih banyak kepada pasangan pertukaran daripada yang dapat diberikan orang lain.
Seseorang yang tidak mau berada dalam posisi subordinasi melalui utang dan ketergantungan pada orang lain, dapat menggunakan strategi menolak menerima pelayanan atau pemberian yang tidak dapat dibalas dengan nilai yang kurang lebih sama. Orang miskin yang menolak sumbangan amal, pasangan keluarga baru yang menolak hadiah yang terlalu banyak dari orang tuanya. Ketergantungan pada orang lain juga dapat dihindari dengan memiliki sumber-sumber yang dapat dipergunakan untuk memberikan pelayanan balasan yang sama dengan nilai yang sama. Strategi lain adalah memperoleh pelayanan yang dibutuhkan dari sumber alternatif dimana saling ketergantungan timbal balik dapat ditegakkan, strategi yang terakhir adalah menggunakan kekerasan ; berupa paksaan fisik, atau mencabut dari seseorang reward yang diterima dari suatu sumber lainnya. Pemerintah yang sah berhak untuk melakukan hal ini.
b. Munculnya struktur kekuasaan dalam kelompok tugas.
Proses yang sama dimana orang memperoleh kekuasaan dengan memberikan pelayanan sepihak sebagai imbalan, juga berlaku untuk kelompok atau organisasi yang lebih besar. Persaingan awalnya adalah persaingan untuk memperoleh orang lain, dalam hal ini nampak pada yang tidak ada ujung pangkalnya menyangkut persaingan dikalangan para anggota itu untuk membuktikan baha dirinya cukup menarik (lebih menarik dari orang lain) bagi orang lain dalam kelompok itu.Dari percakapan yang tidak ada ujung pangkalnya ini muncullah pola-pola tertentu. Beberapa orang akan berhasil dalam usahanya untuk memperlihatkan kualitasnya yang mengesankan lebih besar daripada orang lain. Pelan-pelan pola komunikasi beralih sedemikian sehingga orang yang paling mengesankan berhasil dalam merebut perhatian seluruh kelompok lebih daripada dia. Akhirnya, satu orang berhasil menonjol sebagai orang yang lebih mengesankan daripada siapa pun lainnya. Akibatnya, kepemimpinan muncul dari kemampuan pemimpin yang potensial untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dalam kelompok itu secara sepihak.
Kalau ide-ide pemimpin itu efektif dalam memudahkan kelompok itu untuk memenuhi tugas-tugasnya, penampilan kelompok itu akan memperkuat posisi pemimpin itu.Model bagaimana struktur pemimpin itu muncul, paling jelas dalam kelompok-kelompok dimana para anggotanya memiliki komitmen terhadap tujuan kelompok serta pemimpin yang mampu menciptakan kewajiban di pihak bawahan yang akan memperkuat pesan kepemimpinan mereka.
c. Stabilisasi struktur kekuasaan.
Dalam hal ini, posisi pemimpin itu menjadi salah satu otoritas, tidak sekedar kekuasaan atas sumber-sumber yang dibutuhkan. Kalau hal itu terjadi, pemimpin itu akan mampu menuntut ketaatan pun apabila ada suatu gangguan dalam memberikan reward kepada bawahannya. Pola transaksi dan pertukaran akan dibimbing dan dipengaruhi oleh konteks budaya yang sudah ada dan yang lebi besar. Legitimasi suatu struktur kepemimpinan melalui nilai dan norma bersama sangat penting dalam memudahkan suatu kelompok untuk menuju tujuan-tujuan jangka panjang. Seorang pemimpin yang usaha-usaha pengaruhnya diperkuat oleh nilai dan norma kelompok akan mampu meyakinkan anggota-anggota untuk mengeluakan cost untuk mencapai tujuan jangka panjang tapi reward yang langsung apa pun kecuali kepuasan internal dan kepercayaan sosial yang merupakan hasil dari komfornitas normatif.
Dalam suatu kelompok dimana struktur kepemimpinan yang saling memberi kepuasan itu sudah muncul, maka pemimpin dan bawahannya akan mempunyai suatu kepentingan dalam menstabilisasi hubungan mereka, dengan melegitimasi nilai-nilai dan norma-norma daripada hanya sekedar bersandar pada keseimbangan jangka pendek antara cost-reward dalam transaksi pertukaran mereka.
Proses legitimasi sering berantakan dalam kelompok dan organisasi; berbagai tipe gerakan oposisi sering muncul dan kadang-kadang berhasil menggulingkan struktur kekuasaan yang sudah mapan.
3.Dari pertukaran tak seimbang ke srtuktur makro.
Munculnya suatu struktur kepmimpinan dari pertukaran tak seimbang, dan menjadi kuatnya struktur itu dengan melegitimasi nilai dan norma berarti bahwa pemimpin itu berada dalam suatu posisi mengontrol dan mengkoordinasi tindakan-tindakan bawahannya dalam mengembangkan suatu garis atau patokan bertindak dalam keadaan itu tujan kelompok mungkin diterima semua anggota kelompok dan yang mungkin menguntungkan mereka semua.
Ada sejumlah contoh dari kehidupan setiap hari dimana kelompok itu dan bukan individu, harus dilihat sebagai satuan yang terlibat dalam suatu garis tindakan. Misalnya, suatu pertandingan sepakbola jelas meliputi garis tindakan yang terkoordinasi dalam tindakan.
Ada beberapa situasi dimana suatu kelompok dalam bertindak menurut suatu cara yang terpadu, pun dalam situasi dimana tidak ada kekuasaan yang jelas atau struktur kepemimpinan.Dalam situasi yang meminta perhatian yang langsung, seperti keadaan darurat, suatu garis tindakan yang terpadu mungkin muncul tanpa suatu struktur kepemimpinan. Kalaupun semua anggotanya sepakat dengan tujuan itu, ada resiko bahwa tindakan terpadu akan dirusakkan oleh ketidaksepakatan atas strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan itu atau oleh ketidakrelaan beberapa anggota untuk melaksanakan tindakan yang perlu apabila mereka diminta untuk berbuat. Contoh: demonstrasi mahasiswa akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an kurangnya kepemimpinan yang jelas dan strukur kekuasaan berarti bahwa tidak ada seseorang dapat berbicara atas nama mahasiswa dalam berembuk dengan pimpinan universitas. Sebaliknya, pemimpin serikat buruh yang terorganisasi baik, dapat menjatuhkan semua industri dengan pemogokan-pemogokan, pun apabila banyak anggota serikat buruh itu lebih suka tidak mogok.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi kelompok-kelompok yang menekankan persamaan derajatdalam mengembangkan suatu garis tindakan kelompok dapat diatasi dengan munculnya striktur kepemimpinan yang jelas. Kalau ada dua kelompok atau lebih dimana didalamnya sudah muncul suatu struktur kepemimpinan yang mapan, bagaimana kelompok-kelompok itu berinteraksi satu sama lain sebagai satuan (andaikan bahwa hasilnya disepakati) ?. Dalam tipe situasi ini, kelompok-kelompok itu, bukan individu-individu yang kebetulan termasuk didalamnya, merupakan satuan-satuan interaksi. Selama kurun waktu tertentu mungkin ada pengertian dalam keanggotaan kelompok itu, meskipun demikian garis tindakan dalam kelompok itu tetap dipertahankan. Meskipun kelompok itu dapat bertindak hanya lewat anggotanya saja, mereka akan bertindak bukan sebagai individu, tetapi sebagai anggota kelompok itu. Inilah hakikat dasar bagi munculnya struktur makro. Struktur makro, dalam defenisi pokoknya adalah suatu struktur yang terbentuk dari kelompok; sedangkan struktur mikro hanya terdiri dari individu-individu.
Individu-individu yang sedang bertindak atas nama kelompok saling bersaing dalam mengembangkan strategi untuk tampil secara menarik didepan mata calon-calon temannya(individu atau kelompok-kelompok lain). Diluar proses ini, transaksi pertukaran yang seimbang atau tak seimbang akhirnya muncul kalau pertukaran antara dua kelompok atau lebih bersifat seimbang, maka hubungan saling ketergantungan yang timbal balik akan ditegakkan. Kalau hubungan pertukaran itu tak seimbang, diferensiasi status dan kekuasaan akan muncul. Kalau suatu kelompok yang dominan mampu memperoleh kekuasaan dan menciptakan hubungan ketergantungan dengan suatu kelompok rendahan atau lebih, maka tahap yang dihadapi adalah bagaimana suatu kombinasi kelompok-kelompok … yang lebih tinggi itu disusun. Bertambah besarnya suatu perserikatan, apakah karena penerimaan anggota baru atau karena tambahan beberapa kelompok lagi, pasti akan diikuti oleh pembentukan kelompk-kelompok kecil yang lebih banyak lagi.
Gambaran umum tentang suatu masyarakat kompleks yang besar terkandung dalam model Blau adalah bahwa masyarakat itu terdiri dari suatu jaringan perserikatan-perserikatan yang rumit, yang didasarkan pada transaksi-transaksi pertukaran; beberapa diantaranya bersifat langsung dan banyak yang tidak langsung. Banyak dari transaksi-transaksi itu memperlihatkan berbagai tingkat ketidakseimbangan.Singkatnya, masyarakat modes adalah seperti sarang lebah dengan berbagai organisasi yang tumpang tindih dan saling terjalin. Analisa akhirnya mereka tergantung pada proses pertukaran, khususnya pertukaran tak-seimbang dengan menghasilkan kekuasaan dan hubungan ketergantungan.
a. Legitimasi struktur kekuasan versus oposisi.
Dalam jangka panjang, struktur kekuasaan dan otoritas bergantung pada hasil perbandingan cost-reward yang menguntungkan semua anggota, tetapi kalau cost-reward kurang menguntungkan , mereka mungkin akan marah dan melawan atau menolak. Hal ini akan mengakibatakan pembentukan gerakan oposisi, dan dalam kasus ekstrim merombak struktur yang ada. Akibatnya struktur kekuasaan bersifat goyah dan secara potensial tidak stabil. Tidak semua anggota yang tidak puas akan menjadi calon-calon dalam gerakan oposisi itu. Beberapa mungkin meninggalkan kelompok dan bergabung dengan kelompok lain dimana mereka bisa memperoleh hasil cost-reward yang lebih menguntungkan. Beberapa yang lain mungkin segan mengambil bagian karena mereka merasa takut akan kemungkinan gagal dalam mengubah struktur kepemimpinan yang akan mengurangi keuntungan yang mungkin bisa dibuat.
Hubungan antara mekanisme legitmasi dan mekanisme oposisi dapat dilihat sebagai satu konflik dialektis yang kurang lebih berifat terus-menerus. Munculnya struktur kepemimpinan yang kuat, selalu menciptakan kondisi-kondisi dimana gerakan-gerakan oposisi akan terbentuk. Dalam jangka panjang, kalau suatu gerakan oposisi gagal menciptakan suatu struktur kepemimpinan, hasilnya berupa ketidakmampuan para anggota yang tidak puas untuk bertindak dengan konsisten sebagai suatu kesatuan.
Suatu ideologioposisi dapat meyakinkan para pesertanya dalam gerakan oposisi, bahwa usaha mereka untuk menggalakkan perubahan tidak dilaksanakan demi kepentingan diri tetapi sesuai dengan prinsip-prinsip teoral yang tinggi. Apakah gerakan oposisi berhasil atau tidak, dapat berfungsi secara positif yang membantu merangsang pembauran atauperubahan nilai-nilai dan norma-norma yang ada atau bahkan melahirkan nilai dan norma yang baru yang akan memberikan legitimasi pada hasil-hasil cost-reward bagi bawahan.
b. Proses institusionalisasi dalam struktur makro yang besar.
Sistem-sistem yang besar lebih cenderung terlibat dalam pertukaran yang tidak langsung yang bersifat kompleks antar individu atau antar kelompok yang tidak mungkin berada dalam kontak satu sama lain secara langsung. Jadi internalisasi akan nilai-nilai dan norma-norma yang ada cocok, menjadi jauh lebih penting dalam membentuk prilaku dan pola interaksi daripada persetujuan-persetujuan yang dirembukkan untuk suatu tujuan tertentu.
Kepercayaan mendalam akan nilai dan norma yang abstrak dan proporsi yang meningkat dalam pertukaran yang tidak langsung, dapat dilihat sebagai gejala yang muncul cemergent phenomena ,artinya karakteristik-karakteristik itu sangat penting untuk pekerjaan rutin dalam sistem pertukaran yang besar. Hal ini merupakan tekanan yang penting dalam teori Blau.
Blau membedakan 4 tipe nilai sosial yang terdapat dalam tansaksi sosial dalam struktur yang kompleks, yakni : nilai-nilai partikularistik sebagai media solidaritas, nilai-nilai universalistik sebagai media pertukaran dan diferensiasi, nilai-nilai legitimasi sebagai media media organisasi, dan ideal-ideal oposisi sebagai media organisasi.
Pembedaan antara nilai partikularistik dan universalistik dihubungkan dengan pembedaan antara imbalan intrinsik dan ekstrinsik. Imbalan intrinsik dihubungkan dengan satu orang tertentu sedangkan imbalan ekstrinsik tidak dihubungkan demikian dan dapat diperoleh dari berbagai sumber alternatif. Hubungan-hubungan intrinsik merupakan tujuan dalam dirinya sendiri lebih daripada sebagai alat untuk suatu tujuan lainnya, sedangkan hubungan-hubungan ekstrinsik merupakan alat untuk suatu tujuan. Nilai-nilai partikularistik menciptakan perasaan –perasaan solidaritas dan integrasi antara orang-orang yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama. Sifat ini dapat mencakup latarbelakang rasial dan etnis, status atau pekerjaan yang sama, agama yang sama, tempat tinggal dalam suatu komunitas tertentu atau kepentingan bersama lainnya. Daya tarik antar pribadi yang menimbulkan hubungan pribadi diharapkan akan sangat kuat, karena orang-orang yang memiliki sifat yang sama dapat dengan mudah saling memberikan dukungan sosial. Nilai-nilai universalistik menjembatani pertukaran antara orang-orang yang tidak sama nilai-nilai universalistik mengatasi berbagai perbedaan yang tercermin dalam nilai-nilai partikularistik. Nilai-nilai universalistik penting untuk mempertahankan jaringan pertukaran tidak langsung yang bersifat kompleks dalan jaringan kompleks ini, nilai-nilai universalistik membangkitkan perasaan-perasaan saling ketergantungan dan kewajiban yang menyebarluas ke berbagai tipe orang yang berbeda-beda yang mungkin tidak dikenal secara pribadi.
thanks gan infonya.
BalasHapus